Thursday 25 February 2016

WAE REBO, DI LANGIT DI NTT

                  WAE REBO, DI LANGIT DI NTT


Apakah Anda seorang yang suka berpetualang? Jika ya Wae Rebo adalah tempat yang harus Anda kunjungi. Wae Rebo adalah sebuah kampung unik, terletak 1.200 m dpl, di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmase, Ibukota Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Inilah desa wisata yang akan memberi Anda pemandangan alam menakjubkan.Ketinggian lokasi membuat pengunjung harus berjalan kaki menempuh 9 kilometer jalur mendaki.Tetapi eloknya alam di sepanjang jalan dijamin bakal melunturkan lelah tubuh. Sawah nan subur, dan pesisir yang cantik dan hutan rimbun akan menemani Anda berjalan kaki selama 2-4 jam di jalur ini. Tak perlu kawatir, di hutan Anda akan bertemu dengan banyak warga lokal yang berlalu-lalang untuk beragam keperluan.Wae Rebo adalah kampung dengan rumah adat bernama Mbaru Niang, bangunan berbentuk kerucut yang didalamnya bisa menampung 6-8 keluarga sekaligus. Anehnya, kampung ini tak membolehkan Mbaru Niang berdiri lebih dari tujuh, tak kurang tak lebih. Pada keluarga yang tidak tertampung dalam tujuh rumah ini, mereka bakal berkumpul di rumah serupa yang terletak sekitar5 kilometer dari Wae Rebo. Aturan adat ini sudah berlaku turun-temurun hingga hari ini. Kearifan lokal ini membuat desa wisata eksotisini tak pernah mengalami masalah dengan jumlah penduduk.Mbaru Niang, rumah berbentuk kerucut yang didalamnya terdapat lima tingkatan dengan menggunakan rotan untuk mengikat setiap bagiannya. Bagian paling bawah tempat berkumpul sanak keluarga. Biasanya satu rumah dihuni 6 sampai 8 keluarga. Lantai di atasnya tempat perkakas rumah tangga dan mahan makanan, atasnyalagi untuk menyimpan benih tanaman pangan, tingkat ke empat untuk menyimpan bahan makanan jika terjadi kekeringan atau gagal panen dan lantai paling atas untuk menyuguhkan persembahan pada para leluhur. Fungsi Mbaru Niang yang luar biasa inilah yang membuat Mbaru Niang mendapatkan penghargaan Unesco, menyisihkan 42 kandidat di 11 negara Asia Pasifik.Hidup dari membuat tenun cura dan menanam kopi, warga di kampung ini sangat menghormati aturan adat. Siapapun pengunjung yang datang harus tunduk pada petuah-petuah yang diberikan tetua suku. Ada banyak larangan bagi pengunjung di tempat ini seperti bermesraan di muka umum bahkan dengan suami atau istri sekalipun, tidak boleh berkata kotor dan sebagainya. Semua aturan itu akan diberikan sang tetua begitu turis tiba di kampungnya. Pengunjung tidak diperbolehkan melakukan apapun sebelum sang tetua selesai membuari wejangan. Inilah cara menjaga kampung ini dari kerusakan budaya.Keunikan budaya baru salahsatu pesona kampung ini. Letak geografi di ketinggian, dikepung gunung dan diselimuti kabut adalah pemandangan menakjubkan yang tidak akan bisa Anda lupakan. Inilah yang membuat para wisatawan tetapmendatangi tempat ini dengan penuh gairah. Data yang diperolehBerdesa.commengungkap, tahun 2011 total sudah 313 turis dari 19 negara datang mengunjungi tempat ini, tidur di homestay-homestay yangdisiapkan beberapa desa dan juga menginap di Mbaru Niang yang eksotis itu.Bagaimana awal mula kampung ini ‘ditemukan’? Adalah sekelompok arsitektur dari Jakarta yang takjub pada gambar Mbaru Niang kartu pos. Begitu takjubnya mereka sehingga akhirnya menemukan tempat ini pada tahun 2008 lalu. Sejak itu popularitas Mbaru Niang terus menanjak dan semakin tersohorsebagai desa wisata kelas dunia. Keunikannya bentuk bangunan, polahubungan sosial antarpenduduk dan letaknya di atas awan, membuat WaeRebo menjadi salahstau destinasi wisata yang sejajar dengan tempat-tempat eksotis lain yang hanya ada beberapa di seluruh dunia. JIka sebuah kampung dengan jarak tempuh yang begitu sulit saja bisa termasyhur, bukankah desa yang lebih mudah dicapai punya peluang lebih besar?(dji-1)

No comments:

Post a Comment